Rabu, 14 Juni 2017

Contoh Teknologi Manajemen Layanan Sistem Informasi

Dalam kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai contoh teknologi pada Manajamen Layanan Sistem Infromasi. Sebelum membahas dan membandingkan framework dari Manajemen Layanan Sistem Informasi, saya akan menjelaskan apa itu framework.

Framework diartikan sebagai kumpulan script (terutama class dan function) yang dapat membantu developer/programmer dalam menangani berbagai masalah-masalah dalam pemrograman sehingga developer lebih fokus dan lebih cepat membangun aplikasi. Contoh : koneksi ke database, pemanggilan variabel, file, dll.

Dalam Manajemen Layanan Sistem Informasi juga terdapat macam-macam framework, yaitu : ITIL, COBIT, Software Maintenance Maturity Model, ASL, BISL, MOF, eSCM-SP, eSCM-CL , dll. Kali ini saya akan membahas framework dari manajemen layanan sistem informasi tentang  ASL, BISL dan MOF.

Pengertian Manajemen Layanan Sistem Informasi

Manajemen Layanan Sistem Informasi (Information Technology Service Management) adalah suatu metode pengelolaan sistem informasi (SI) yang secara filosofis terpusat pada perspektif konsumen layanan SI terhadap bisnis perusahaan.
ITSM berfokus pada proses dan karenanya terkait dan memiliki minat yang sama dengan kerangka kerja dan metodologi gerakan perbaikan proses (seperti TQM, Six Sigma, Business Process Management, dan CMMI). Disiplin ini tidak memedulikan detail penggunaan produk suatu pemasok tertentu atau detail teknis suatu sistem yang dikelola, melainkan berfokus pada upaya penyediaan kerangka kerja untuk menstrukturkan aktivitas yang terkait dengan TI dan interaksi antara personel teknis TI dengan pengguna teknologi informasi.

ITSM umumnya menangani masalah operasional manajemen teknologi informasi (kadang disebut operations architecture, arsitektur operasi) dan bukan pada pengembangan teknologinya sendiri. Contohnya, proses pembuatan perangkat lunak komputer untuk dijual bukanlah fokus dari disiplin ini, melainkan sistem komputer yang digunakan oleh bagian pemasaran dan pengembangan bisnis di perusahaan perangkat lunak-lah yang merupakan fokus perhatiannya. Banyak pula perusahaan non-teknologi, seperti pada industri keuangan, ritel, dan pariwisata, yang memiliki sistem TI yang berperan penting, walaupun tidak terpapar langsung kepada konsumennya.
Sesuai dengan fungsi ini, ITSM sering dianggap sebagai analogi disiplin ERP pada TI, walaupun sejarahnya yang berakar pada operasi TI dapat membatasi penerapannya pada aktivitas utama TI lainnya seperti manajemen portofolio TI dan rekayasa perangkat lunak.

Kerangka Kerja (Framework) Manajemen Layanan Sistem Informasi:

 Application Services Library (ASL)


Application Services Library (ASL) adalah kerangka kerja domain publik dari praktik terbaik yang digunakan untuk standarisasi proses dalam Aplikasi Manajemen, disiplin memproduksi dan memelihara sistem informasi dan aplikasi. Istilah "perpustakaan" digunakan karena ASL disajikan sebagai seperangkat buku yang menjelaskan praktik terbaik dari industri TI.

ASL terkait erat dengan kerangka kerja ITIL (untuk IT Service Management) dan BiSL (untuk Manajemen Informasi dan Manajemen Fungsional) dan Model Kematangan Kemampuan Milik (CMM). Tujuan dari ASL adalah untuk membantu profesionalisasi Manajemen Aplikasi.

Pendekatan standar ASL berkontribusi pada profesionalisasi organisasi manajemen aplikasi dan memfasilitasi cara kerja yang lebih efisien dan hemat biaya. Salah satu keuntungan utama ASL adalah kerangka umum dan kerangka acuan untuk domain pengelolaan aplikasi memungkinkan kerjasama yang lebih baik antara pihak-pihak yang terkait.

Business Information Services Library (BISL)





 Business Information Service Management Library, merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk manajemen informasi. BiSL merupakan standar domain publik sejak tahun 2005, yang diatur oleh ASL BiSL foundation. Framework ini menggambarkan standar untuk proses dalam manajemen informasi bisnis di tingkat strategi, manajemen dan operasi.

BiSL terkait erat dengan kerangka kerja ITIL dan ASL, namun perbedaan utama antara kerangka kerja ini adalah bahwa ITIL dan ASL fokus pada sisi penawaran informasi (tujuan sebuah organisasi TI), sedangkan BiSL berfokus pada sisi permintaan (yang timbul dari Organisasi pengguna akhir). BiSL bertujuan untuk memprofesionalkan fungsi permintaan. Tidak hanya dalam sebuah organisasi, tapi juga sebagai pemersatu antara berbagai organisasi.

Microsoft Operations Framework (MOF)
Microsoft Operations Framework (MOF) 4.0 adalah serangkaian panduan yang bertujuan membantu Teknologi Informasi (TI) profesional menetapkan dan menerapkan layanan yang handal dan hemat biaya.



Perbandingan :

Perbandingannya adalah kerangka kerja / framework dari ASL yaitu kerangka kerja yang memiliki domain publik dari praktik terbaik sehingga kerangka kerja ini dapat disiplin memproduksi dan memelihara sistem informasi dan aplikasi nya. Kemudian pada kerangka kerja / framework BISL yaitu berkebalikan dengan ASL yaitu kerangka yang memiliki standar domain publik sejak tahun 2005. Dan kerangka kerja ini dapat menggambarkan standar untuk proses dalam manajemen  informasi bisnis distrategi manajemen dan operasi tingkat. kemudian terakhir pada kerangka kerja / framework dalam manajemen layanan sistem informasi yaitu MOF yaitu kerangka kerja yang mempunyai prinsip dan kegiatan yang dapat memberikan panduan komprehensif  untuk mencapai kehandalan untuk solusi dan juga layanan teknologi informasi.


 Referensi:






Selasa, 06 Juni 2017

REVIEW JURNAL MANAJEMEN RESIKO TEKNOLOGI INFORMASI I UNTUK KEBERLANGSUNGAN LAYANAN PUBLIK MENGGUNKAN FRAMEWORK ITIL (ITIL VERSI 3)

REVIEW JURNAL



Judul                   : MANAJEMEN RESIKO TEKNOLOGI INFORMASI I   UNTUK KEBERLANGSUNGAN LAYANAN PUBLIK MENGGUNAKAN FRAMEWORK INFORMATION TECHNOLOGY INFRASTRUCTRURE LIBRARY (ITIL VERSI 3)

Tahun                   : 2010

Penulis                  : Irfan Maliki

Mata Kuliah           : Manajemen Layanan Sistem Informasi

Tujuan Penelitian
Penulisan  karya ilmiah yang direview ini mempunyai tujuan menjelaskan kegunaan framework Information Technology Infrastructure Library (ITIL versi 3) sebagai panduan dalam menyusun rangka menyusun langkah-langkah operasional agar keberlangsungan layanan TI dapat berfungsi dengan baik.

Manfaat Penelitian
Dalam pembahasan ini terdapat dua manfaat, antara lain : 
1.) Memberikan pengetahuan mengenai tata kelola TI yang yang efektif untuk keberlangsungan layanan public dan
2.) Mengetahui manfaat penggunaan framework ITIL versi 3 pada manajamen resiko TI

Dalam review ini terdapat 2 hal yang akan dibahas yaitu : Manajemen Resiko TI dan Implementasi. Dimana dalam Manajemen Resiko TI terdapat penjelasan mengenai Definisi, Perencanaan, Kerangka Kerja,Information Technology Service Continuity Management (ITSCM) dan hal lainnya mengenai Manajemen Resiko TI. Sedangkan dalam Implementasi terdapat Penjelasan mengenai tahap inisialisai, Tahap kebutuhan dan strategi, Strategi keberlangsungan layanan TI dan hal lainnya yang menyangkut ITIL versi 3.

Landasan Teori  
Landasan Teori dalam pembahasan ini terdiri dari dua bagian, yaitu : Teknologi dimana Teknologi Informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan: lebih cepat,  lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya. Yang kedua adalah Governance yang sering kali digunakan  sebagai suatu proses, pemerintah beroperasi dalam berbagai ukuran organisasi. Dari individu hingga mencakup semua humanisme. Dan ini bisa berfungsi untuk berbagai tujuan, baik dan buruk, untung atau tidak. Tujuan rasional dari pemerintah adalah untuk menjamin, bahwa organisasi menghasilkan pola berharga dari hasil baik sementara mencegah pola perilaku buruk. 

Pembahasan

1. Tata Kelola Teknologi Informasi adalah suatu cabang dari tata kelola perusahaan yang terfokus pada sistem teknologi informasi (TI) serta manajemen kinerja dan risikonya. Information Technology Governance, IT Governance atau ICT (Information & Communications Technology) Governance, adalah suatu subset dari disiplin Corporate Governance yang berfokus pada teknologi informasi (TI) dan sistem kinerja dan manajemen resiko. Dengan menerapkan tata kelola yang baik akan menjamin transparansi, efisiensi, dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan. 
Information Technology Infrastructure Library (ITIL) sebagai suatu kerangka kerja manajemen layanan TI dapat digunakan sebagai panduan dalam menyusun langkah-langkah operasional tersebut. Dengan kerangka kerja ITIL, diharapkan resiko-resiko yang mungkin terjadi dapat di minimalisasi serta dapat dilakukan mitigasi resiko dalam upaya manejaga keberlangsungan layanan TI. 

2. Manajemen Resiko TI merupakan proses identifikasi resiko, penilaian resiko, dan pengambilan langkah-langkah untuk menurunkan resiko sampai level yang dapat diterima. Terdapat beberapa tahapan-tahapan penting dalam perencanaan manajemen resiko TI:
  •  Identifikasi dan Klarifikasi resiko TI,
  • Penilaian resiko TI (Business Impact Analysis) dan menentukan prioritas,
  • Strategi penanggulangan resiko TI - identifikasi pengendalian TI
  • Implementasi dan dokumentasi dari penanggulangan resiko
 Kerangka Kerja Manajemen Resiko TI terdiri dari 5 bagian:
  1. Prinsip M_o_R
  2. Pendekatan M_o_R
  3. Proses M_o_R
  4. Embedding dan Reviewing M_o_R
  5. Komunikasi
dalam Proses M_o_R terdapat 4 tahapan aktivitas dalam manajemen resiko:
  • Identifikasi
  • Menilai
  • Merencanakan
  • Implementasi
3. Information Technology Service Continuity Management (ITSCM) 
Tujuan dari dari ITSCM adalah untuk mendukung seluruh proses manajemen keberlangsungan bisnis dengan memastikan bahwa kebutuhan teknis TI dan fasilitas layanan dapat kembali beroperasi dan sesuai dengan timescale bisnis.

4. Implementasi

    4.1 Tahap Inisialisasi
  •  Penentuan Kebijakan
  • Lingkup
  • Alokasi Sumberdaya
  • Struktur Pengendali dan Organisasi Proyek
  • Perencanaan dan Proyek yang berkwalitas
    4.2 Tahap Kebutuhan dan Strategi
  • Analisis Resiko
  • Strategi Keberlangsungan Layanan TI


    Simpulan dan Saran
    Dalam prakteknya, ITIL digunakan oleh manajemen TI untuk membantu memaksimalkan keuntungan yang didapatkan dari penggunaan TI dan mengembangkan tata kelola TI yang cocok dan kendali di dalam perusahaan, selain itu ITIL dapat menyediakan seperangkat praktek, karena dapat membantu para direktur, eksekutif dan manager meningkatkan nilai IT dan mengecilkan resiko. Untuk meningkatkan efektivitas IT suatu perusahaan perlu diadakan perancangan yang baik terhadap tata kelola dari IT itu sendiri dan menentukan kerangka kerja yang baik bagi IT tersebut. Dengan kerangka kerja ITIL diharapkan resiko-resiko yang mungkin  terjadi dapat diminimalisasi serta dapat dilakukan pencegahan resiko dalam upaya menjaga keberlangsungan layanan TI.

    KOMBINASI ITIL, COBIT, DAN ISO/IEC 27002 AGAR DESIGN SEBUAH KERANGKA IT LEBIH LUAS DI DALAM ORGANISASI

    REVIEW JURNAL



    Judul                    : Combining ITIL, COBIT and ISO/IEC 27002 for structuring comprehensive information technology for management in organizations

    Tahun                   : 2012

    Penulis                  : Maico Gehrmann

    Mata Kuliah          : Manajemen Layanan Sistem Informasi

    Introduction
    Managemant adalah sebuah usaha untuk mengontrol langsung sebuah grub atau sekumpulan orang ata kesatuan untuk berkordinasi dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertent. Sekarang ini managemnt meliputi beberapa dimensi seperti sumber daya manusia, financial resource dan sumber daya teknlogi. Salah satu area managemnt yang baru adalah management informasi tknologi. Itu adalah sebuah subject study dari dua cabang ilmu teknologi informasi dan ilmu management. Informasi teknologi mempunyai beberapa definisi dari sudut pandang yang berbeda. Yang pertama, sistem it adalah aplikasi dan infrastruktur component componen dari prduct yang lebih besar, mereka ditanamkan pada prosess dan pelayananya.
    Sedangakan dari sudut pandang yang kedua, it adalah sebuah kumpulan yang mampu mengatur kapabilitas dan sumber dayanya sendiri. IT organisazation bisa menjadi bermacam macam type seperti fungsi bisnis, sharing pelayanan dan unit pelayanan bagian.
    Dari sudut pandang yang ketiga, it adalah sebuah kategori dari pelayanan yang dimanfaatkan untuk berbisnis. Mereka secara  typical nya adalah it aplikasi dan infrastruktur yang dikemas dan di tawarkan sebagai pelayanan oleh organisation it internal tersebut atau penyedia layanan luar. Dalam sudut pandang ini harga IT dilakukan sebagai beban bisnis.
    Dari sudut pandang yang keempat, It adalah sebuah kategory dari asset bisnis yang menyediakan sebuah aliran dari keuntungan untuk pemiliknya, tremasuk namun bukan batasan untuk pendapatan dan keuntungannya. Dalam sudut pandang ini nilai IT diperlakukan sebagai investasi.
    Semua definisi menekankan pentingnya It dalam organisasi.oleh sebab itu, hal tersebut menjadi crusial untuk mengatur dan meimplementasikan IT dalam organisasi. Ada beberapa standart , alat,dan praktik terbaik untuk mengatur pelayanan  IT. Standart yang paling banyak digunakan adalah ISO/IEC 27002 information security, COBIT, ISO20000 dan ITIL. Setiap standart, alat dan frameworknya memiliki kekuatan dan batasan itu sendiri.  
    Papaer ini, pertama akan menyadiakan sebuah ITIL COBIT dan ISO/IEC 27002 yang akan di sebutkan, lalu berdasarkan pada 3 frameworks dan standart sebuah kerangka comprehensive yang akan di tujukan.

    2 ITIL
    ITIL ( information teknology structure library 0 adalah standart yang diperkenalkan dan didistribusikan oleh kantor pemerintahan commerce di UK dan termasuk semua bagian bagian organisation. Sekarang ini paling luas diterima yang berdekatan pada pelayanan IT managemnet di dunia.

    •       Service strategy
    Strategy pelayanannya menyediakan panduan bagaimana mendesain, mengimplementasikan dan mengembangkan management pelayanan dari sudut pandang kesanggpuan organisasional dan asset strategi.  Strategy pelayanan termasuk proses proses ini,seperti financial management, service portofolio management dan management permintaan.

    •      Service design
    Itu adalah panduan untuk mendesain dan mengembangkan pelayanan  dan proses management pelayanan. Hal terserbut meliputi prinsipple design dan metode untuk mengubah object strategy kedalam portofolio dari pelayanan dan aset pelayana. Servic design termasuk dalam proses proses berikut ini, management pelayanan catalog, management pelayanan level, management kapabilitas, management ketersediaan, management pelayanan IT lanjutan, management informasipenyedia management keamanan informasi, management pelayanan data dan informasi bisnis.

    •      Service transition
    Adalah paduan untuk mengembangkan dan menerima kapabilitas dari transisi baru dan perubahan pelayanan dalam operasi. Bagian kerangka ITIL ini mengcombinasikan management pelepasan, management program dan resiko management dan tempat mereka dalam contex dari management pelayanan. Service transisi proses meliputi  : management perubahan, asset pelayanan dan management configurasi, management pelepasan, management pengetahuan, management pemangku kepentingan, perencanaan perubahan dan evaluasi pelayanan dan dukungan.
    ·         Service operation
    operation service mencoba untuk mewujudkan praaktik dalam managemnt dari oerasi pelayanan. Proses tersebut adalah management event, management kejadian, management permintaan, management masalah, dan management acces.

    •      Continual service improvement
    ·         Ini termasuk paduan instrumental dalam membuat dan memeriksa nilai untuk costumer melalui design yang lebih baik pengenalan dan operation service nya. Prosess proses nya meliputi :prosses penerimaan 7- langkah, management pelayanan level.
    COBIT
    The control objectives for information and retated technology (COBIT).adalah sebuah pengaturan kerang ka terbaik untuk informasi teknology management yang dibuat oleh informatiion system audit and control association (ISACA) dan the IT Governence institute ( ITGI) pada 1992. Cobit menyediakan pengaturan auditor dan pengguna IT  dengan mengatur secara umum ukuran penerimaan, indikator, proses dan praktik terbaik untuk membantu mereka dalam memaksimalkan keuntungan melalui kegunaan dari informasi teknology dan mengembangkan Pemerintahan IT yang cocok dan mengontrol dalam sebuah perusahaan.
    •  Plan and organize
    Ini adalah daftar level control tertinggi objek untuk merencanakan dan mengatur domain.
    §  Menjelaskan startegy perencanaan IT
    §  Menjelaskan arsitektur infromasi
    §  Membedakan tujuan teknologi
    §  Menjelaskan proses IT organisasi dan hubungannya.
    §  Mengatur investment dalam IT
    §  Mengkomunikasiakn tujuan tujuan management dan arahannya.
    §  Mengatur IT sumberdaya manusiannya
    §  Menagtur kualitas
    §  Mengartur resiko IT
    §  Mengatur project project


    •         Acquire dan implement
    Tujuannya untuk mengindentifikasikan kebutuhan teknologi IT dan untuk mengimplementasikan itu kedalam perusahaan.

    •  Delivery and support.
    Domain ini mencoba untuk mengatur pelayan langsung yang mana termasuk :
    ·         Mendefisinisikan dan mengatur level pelayanan
    ·         Mengatur pelayanan pihak ketiga
    ·         Mengatur perfomance dan kapabilitas
    ·         Meyakinkan pelayanan kelanjutan
    ·         Meyakinkan keamanan system
    ·         Identifikasi dan pemindahan harga
    ·         Mendidik dan melatih pengguna
    ·         Mengatur pelayanan dan kejadian
    ·         Mengatur konfigurasi
    ·         Mengatur masalah
    ·         Mengatur data
    ·         Mengatur lingkungan fisiknya
    ·         Menagtur operasion


    •     Monitor and evaluate
    Berikut ini daftar tabel high level objectives control untuk memonitoring domain.
    ·         Memonitor IT process
    ·         Memonitor ddan evaluasi internal control
    ·         Meyakinkan regulasi
    ·         Menyediakan IT governance
    ISO/IEC 27002
    Ini adalah sebuah informasi security management systemn yang mana code nya dari management keamanan informasi.
    ITIL berhubungan dengan COBIT
    Ketika ITIL dihubungkan dengan COBIT itu telah meneumkan bahwa mereka correspond dengan yang lainnya pada derajat yang tinggi khusussnya ketika proses COBIT  adalah ITIL berdasarkan sebagai versi yang akhir dengakn akata lain berbeda kata pengguunann untuk issue yang sama namun mereka mengcover problem yang sama. Oleh sebab itu lebih baik untuk meminjam concept dan process, activitas dan keuntungan dan perencanaan untuk mengimplementasikan dari ITIL standart and audit dari COBIT untuk mendesign kerangkan yang comprehensive.
    ITIL berhubungan dengan ISO/IEC 27002
    ISO/IEC 27002 seperti yang disebutkan digunakan untuk keamanan informasi dan tidak hanya issue IT. ISO/IEC27002 tidak correspond dengan ITIL sebanyak ITIL lakukan dengan COBIT. ISO/IEC27002 secara langsung untuk meyakinkan semual keamannan pada semua level dalam sebuah organisasi. Management permaslaahan dan configurasi dalam ITIL tdakcocok dalam ISO 27002. Configurasi management nya mempunyai sebuah pengaruh yang besar pada lingkungan IT dan itu seharusnya dihandle dalam dalam sebuah keamanan perilaku.dengan tambahan ISO/IEC 27002 security adalah di karakteristikan sebagai pencegahan dari confidentional, integritas dan ketersediaan.

    Source :






    Minggu, 04 Juni 2017

    FRAMEWORK ITIL dan COBIT

    PERBEDAAN FRAMEWORK ITIL dan COBIT

    Information Technology Infrastructure Library (ITIL)


    ITIL adalah suatu rangkaian dengan konsep infrastruktur, pengembangan, serta operasi teknologi informasi. ITIL sebenarnya adalah suatu rangkaian rangkuman dari beberapa buku yang membahas tentang pengelolaan (TI). ITIL memberikan beberapa praktik TI penting seperti daftar cek, tugas, serta beberapa prosedur yang disesuaikan dengan segala jenis organisasi(TI).

                   
    ITIL sudah dikembangkan sejak 1980-an dengan ITIL 1.0.Kemudian dengan beriringnya waktu  peningkatan pelayanan yang berkesinambungan dan adaptasi terhadap situasi saat ini dalam lingkungan (TI) modern ITIL 1.0 di rilis besar dan dijadikan ITIL 2.0 yang paling dikenal dengan set bukunya yang berhubungan dengan ITSM (IT service management) & service support(dukungan layanan). Pada awal 2007 ITIL 3.0 didirikan. Ini didirikan dengan sama sekali baru. Terdapat 3 bidang utama didalamnya : ITIL Core Publikasi, ITIL Pelengkap Bimbingan, ITIL Web Support Services.

    COBIT (Control Objective for Information & Related Technology)




    (COBIT) adalah sekumpulan dokumentasi best practice untuk IT Governance yang dapat membantu auditor, pengguna (user), dan manajemen, untuk menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan masalah-masalah teknis IT (Sasongko, 2009).
    COBIT mendukung tata kelola TI dengan menyediakan kerangka kerja untuk mengatur keselarasan TI dengan bisnis. Selain itu, kerangka kerja juga memastikan bahwa TI memungkinkan bisnis, memaksimalkan keuntungan, resiko TI dikelola secara tepat, dan sumber daya TI digunakan secara bertanggung jawab (Tanuwijaya dan Sarno, 2010).
    COBIT merupakan standar yang dinilai paling lengkap dan menyeluruh sebagai framework IT audit karena dikembangkan secara berkelanjutan oleh lembaga swadaya profesional auditor yang tersebar di hampir seluruh negara. Dimana di setiap negara dibangun chapter yang dapat mengelola para profesional tersebut.

    PERBEDAAN ITIL DAN COBIT

    COBIT atau Control Objective of Information and related Technology merupakan sebuah pedoman bagi pengelolaan IT termasuk input, proses, output, serta process control yang terbagi kedalam 4 obyektif dan 34 area kunci. Masing-masing obyektif tersebut adalah: Planing & Organization (PO), Acquisition & Implementation (AI), Delivery & Support (DS) dan Monitoring.
    Sedangkah ITIL merupakan sebuah kerangka pengelolaan layanan IT yang terbagi kedalam proses dan fungsi (lihat penjelasan tentang apa itu ITIL dalam artikel terpisah). Dua area/modul dalam ITIL, yaitu Service Support dan Delivery kemudian menjadi CORE dalam ITIL versi 2, yang kemudian kita kenal dengan IT Service Management.
    Apabila dilihat dari posisi kedua pendekatan tersebut, maka dapat kita lihat hubungan secara langsung diantara Delivery & Support (COBIT) dan ITSM. Dimana COBIT mengatur masalah obyektif yang harus dicapai oleh sebuah organisasi dalam memberikan layanan IT, sedangkan ITIL merupakan best practice cara-cara pengelolaan IT untuk mencapai obyektif organisasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa COBIT dan ITIL merupakan dua pendekatan dalam IT Governance dan tata kelola layanan teknologi informasi yang saling melengkapi. Apabila dibedah lebih jauh, relevansi ITIL tidak hanya berhenti di area Delivery & Support, tetapi bisa kita petakan ke area COBIT lainnya.

    Peranan ITIL dan COBIT dalam layanan SI pada suatu perusahaan

    COBIT merupakan a set of best practice (framework) bagi pengelolaan teknologi informasi (IT management) yang secara lengkap terdiri dari: executive summary, framework, control objectives, audit guidelines, implementation tool set serta management guidelines yang sangat berguna untuk proses sistem informasi strategis. Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) berguna bagi IT users dalam memperoleh keyakinan atas kehandalan sistem aplikasi yang dipergunakan. Sedangkan para manajer memperoleh manfaat dalam keputusan saat menyusun strategic IT plan, menentukan information architecture,dan keputusan atas procurement (pengadaan/pembelian) inventaris organisasi.

    COBIT
     (Hariyanto, 2013) Menjelaskan mengenai domain terbagi dalam 34 Control Objective:

    1. Plan and Organise (PO), Secara umum domain ini meliputi strategi dan taktik, serta identifikasi bagaimana TI dapat berkontribusi terhadap pencapaian sasaran bisnis. Domain ini dibagi ke dalam 10 fase dalam prosesnya, yaitu:

    PO1: Mendefinisikan rencana strategis TI
    PO2: Mendefinisikan arsitektur informasi
    PO3: Menentukan arahan teknologi
    PO4: Mendefinisikan proses TI, organisasi dan keterhubungannya
    PO5: Melelola investasi TI
    PO6: Mengkomunikasikan tujuan dan arahan manajemen
    PO7: Mengelola sumber daya TI
    PO8: Mengelola kualitas
    PO9: Menaksir dan mengelola resiko TI
    PO10: Mengelola proyek

    2. Acquire and Implement (AI), Domain ini menggambarkan bagaimana perubahan dan pemeliharaan dari sistem yang ada selaras dengan sasaran bisnis. Domain AI terbagi menjadi tujuh proses TI yang dapat dilihat pada tabel berikut:

    AI1: Mengidentifikasi Solusi Otomatis
    AI2: Memperoleh dan Memelihara Software Aplikasi
    AI3: Memperoleh dan Memlihara Infrastruktur Teknologi
    AI4: Memungkinkan Operasional dan Penggunaan
    AI5: Memenuhi Sumber Daya TI
    AI6: Mengelola Perubahan
    AI7: Instalasi dan Akreditasi Solusi beserta Perubahannya

    3. Deliver and Support (DS), Domain ini mencakup penyampaian hasil aktual dari layanan yang diminta, termasuk pengelolaan kelancaran dan keamanan, dukungan layanan terhadap pengguna serta pengelolaan data dan operasional fasilitas, yang meliputi:

    DS1: Mengidentifikasi dan Mengelola Tingkat Layanan
    DS2: Mengelola Layanan Pihak Ketiga
    DS3: Mengelola Kinerja dan Kapasitas
    DS4: Memastikan Layanan yang Berkelanjutan
    DS5: Memastikan Keamanan Sistem
    DS6:  Mengidentifikasi dan Mengalokasikan Biaya
    DS7: Mendidik dan Melatih Pengguna
    DS8: Mengelola service desk
    DS9: Mengelola Konfigurasi
    DS10: Mengelola Permasalahan
    DS11: Mengelola Data
    DS12: Mengelola Lingkungan Fisik
    DS13: Mengelola Operasi

    4. Monitor and Evaluate (ME), Domain ini terkait dengan kinerja manajemen, kontrol internal, pemenuhan terhadap aturan serta menyediakan tata kelola. Fungsi doman ini sendiri adalah untuk memastikan seluruh proses TI dapat dikontrol secara periodik yang bermaksud untuk menjaga kualitas dan pemenuhan kebutuhan pasar. Berbeda dari domain yang lain, ME hanya terdiri dari 4 proses TI, yaitu:

    ME1: Mengawasi dan Mengevaluasi Kinerja TI
    ME2: Mengawasi dan Mengevaluasi Kontrol Internal
    ME3: Memastikan Pemenuhan terhadap Kebutuhan Eksternal
    ME4: Menyediakan Tata Kelola TI
    Implementasi COBIT dipercaya dapat membantu perusahaan dalam hal meningkatkan pendekatan/program audit, mendukung audit kerja dengan arahan audit secara rinci, memberikan petunjuk untuk IT governance, sebagai penilaian benchmark untuk kendali IS/IT, meningkatkan control IS/IT, dan sebagai standarisasi pendekatan/program audit.
     COBIT Guidelines
    Menurut(Elysée, 2001) kerangka kerja COBIT, terdiri dari tujuan pengendalian tingkat tinggi dan struktur klasifikasi keseluruhan. Terdapat tiga tingkat usaha pengaturan TI yang menyangkut manajemen sumberdaya TI. Mulai dari bawah, yaitu kegiatan dan tugas  yang diperlukan untuk mencapai hasil yang dapat diukur. Dalam Aktivitas terdapat konsep siklus hidup yang di dalamnya terdapat kebutuhan pengendalian khusus. Kemudian satu lapis di atasnya terdapat proses yang merupakan gabungan dari kegiatan dan tugas dengan keuntungan atau perubahan alami. Pada tingkat yang lebih tinggi, proses biasanya dikelompokan bersama kedalam domain. Pengelompokan ini sering disebut sebagai tanggung jawab domain dalam struktur organisasi dan yang sejalan dengan siklus manajemen atau siklus hidup yang dapat diterapkan pada proses TI. 3 sudut pandang cobit: kriteria informasi (information criteria), sumberdaya TI (IT resources), dan proses TI (IT processes).
      
    Dalam kerangka kerja COBIT juga memasukkan bagian-bagian seperti :
    • Maturity models: untuk menilai tahap maturity IT dalam skala 0-5
    • Critical Success Factors (CSFs): arahan implementasi bagi manajemen dalam melakukan pengendalian atas proses IT.
    • Key Goal Indicatirs (KGIs): berisi mengenai arahan kinerja proses-proses IT sehubungan dengan kebutuhan bisnis.
    • Key Performance Indicators (KPIs): kinerja proses-proses IT sehubungan dengan sasaran/tujuan proses.

    MATURITY MODEL
    Menurut (Yulianti, 2011) kematangan manajemen sistem dan teknologi informasi dapat dibagi menjadi enam level, yaitu:
    0.Nothing, adalah kondisi dimana perusahaan sama sekali tidak perduli terhadap pentingnya teknologi informasi untuk dikelola secara baik oleh manajemen.
    1.Ad-Hoc, adalah kondisi dimana perusahaan secara reaktif melakukan penerapan dan implementasi teknologi informasi sesuai dengan kebutuhankebutuhan mendadak yang ada, tanpa didahului dengan perencanaan sebelumnya.
    2.Repeatable, adalah kondisi dimana perusahaan telah memiliki pola yang berulang kali dilakukan dalam melakuan manajemen aktivitas terkait dengan tata kelola teknologi informasi, namun keberadaannya belum terdefinisi secara baik dan formal sehingga masih terjadi ketidak konsistenan. 3.Defined, adalah kondisi dimana perusahaan telah memiliki prosedur baku formal dan tertulis yang telah disosialkan ke segenap jajaran manajemen dan karyawan untuk dipatuhi dan dikerjakan dalam aktivitas sehari-hari.
    4.Managed, adalah kondisi dimana perusahaan telah memiliki sejumlah indikator atau ukuran kuantitatif yang dijadikan sebagai sasaran maupun obyektif kinerja setiap penerapan aplikasi teknologi informasi yang ada.
    5.Optimised, adalah kondisi dimana perusahaan dianggap telah mengimplementasikan tata kelola manajemen teknologi informasi yang mengacu pada “best practice”.

    Implementasi Framework ITIL
    Pada umumnya dalam menerapkan atau mengimplementasi framework ITIL dalam perusahaan, dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi terlebih dahulu seluruh komponen perangkat yang berkaitan dengan teknologi informasi, terutama didalam bidang atau divisi IT. Tahap evaluasi dilakukan dalam rangka memastikan pengelolaan teknologi informasi pada perusahaan telah sesuai dengan ketetapan dan standar yang berlaku dan lebih sering dikenal dengan istilah audit. Yang mana kegiatan audit yang dilaksanakan pada dasarnya berupa penemuan terhadap ketidaktepatan proses yang ada terhadap standar pengelolaan aktivitas terkait.
    Aktifitas audit yang ada didalam ITIL didasarkan kepada service delivery dan service support. Dengan adanya implementasi kedua hal tersebut secara menyeluruh, merupakan tahap atau wujud dalam mengimplementasi framework  pada perusahaan. Dimana hasil dari audit dapat berupa rekomendasi yang digunakan oleh pihak manahemen didalam meningkatkan efektifitas terhadap pengelolaan aktifitas dan perbaikan berkelanjutan dari proses teknologi informasi. Pada aktifitas audit secara teknis menggunakan lembaran kertas yang berisi kuesioner – kuesioner yang mengacu kepada framework terkait yang harus dijawab oleh pihak manajemen perusahaan guna mengetahui tingkat pengelolaan teknologi informasi pada perusahaan tersebut. Dan setelah mengetahui tingkat hasilnya, maka rekomendasi dapat diberikan dengan mudah. Akan tetapi seringkali auditor memiliki kesulitan dalam merangkum hasil kuesioner yang telah disebarkan. Ini semua dikarenakan banyaknya lembaran yang harus dirangkum secara manual serta tidak menutup kemungkinan lembaran tersebut tidak disimpan dengan rapi, yang berimbas pada hasil analisa auditor pula.
    Dalam  mengoptimalkan aktifitas audit, maka dilakukannya proses otomatisasi terhadap kuesioner, yaitu dengan membuat perangkat lunak yang mencakup kuesioner yang mengacu kepada framework dimana digunakan dalam melakukan aktifitas audit, dalam hal ini maka menggunakan perangkat lunak yang merupakan framework ITIL, yang mampu  membantu pihak auditor didalam memberikan rekomendasi yang sesuai dengan perusahaan.
    Dimana pada akhirnya dengan perangkat lunak (berbasis framework ITIL) tersebut, perusahaan dapat mengelola teknologi informasi dilingkungannya demi mencapai visi dan misi dari perusahaan.
    Berikut beberapa rencana dalam implementasi yang dilakukan, seperti :
    1. Awareness Campaign kepada seluruh komponen organisasi.
    2. Assessment terhadap tingkat kematangan proses IT (ITIL maturity assessment)
    3. Membuat gap analysis
    4. Membuat Roadmap implementasi
    5. Mengidentifikasi Quick Win proses dan fungsi dalam ITIL
    6. Membuat proses dan fungsi yang akan diimplementasikan (kebijakan, prosedur, peran dan tanggung jawab)
    7. Menentukan tools guna membantu proses dan fungsi yang diimplementasikan  agar dapat berjalan efektif dan efisien
    8. Membuat Service Improvement Program yang secara periodik melakukan review terhadap keberhasilan implementasi ITIL

    Diperlukan juga pengetahuan mengenai ITIL terlebih dahulu dalam mengimplementasikan framework ITIL agar dapat dimengerti konteksnya disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Dimana juga melibatkan konsultan dalam implementasi ITIL ini, yang juga merupakan salah satu rekomendasi, karena konsultan memiliki pengalaman dalam melakukan implementasi.

    ITIL pada Perusahaan Kecil dan Menengah
                Pengguna ITIL sampai saat ini masih didominasi dengan pengguna dari perusahaan besar hingga berskalaMulti National Companies (MNC). Namun demikian ini tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan kecil dan menengah untuk mencoba mengimplementasi penggunaan dari framework ITIL sendiri.
    Sebelum mengimplementasi ITIL, perusahaan menyiapkan sumber daya yang penting untuk pengimplementasian ITIL. Perusahaan kecil dan menengah umumnya tidak memiliki resource yang memadai dalam bidang IT. Sumber daya seperti staff IT, infrastruktur dari IT sendiri dan perlengkapan – perlengkapan yang dibutuhkan sangat jarang menjadi prioritas bagi perusahaan di taraf menengah.      
                Kurang memadainya fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan kecil dan menengah menjadi pertimbangan sendiri dalam pemilihan ITIL. Bagi perusahaan yang sudah terbiasa dengan teknologi informasi, ITIL tentu menjadi sebuah framework yang bekerja secara berdampingan dengan IT yang berada di perusahaan. Namun, bagi perusahaan yang tidak terbiasa dengan informasi teknologi ITIL memiliki peran layaknya tongkat penuntun bagi orang buta. Perusahaan kecil dan menengah umumnya tidak memiliki staff yang mengerti secara sepenuhnya mengenai sistem, hardware,dan software. Oleh sebab itu maka  ITIL menyediakan informasi – informasi dimulai dari masalah – masalah kecil seperti error hingga informasi yang dibutuhkan mengenai client.
                Implementasi  ITSM pada perusahaan kecil harus dimulai dengan menerapkan 5 poin berikut dalam proses perusahaan :
    A) Service strategy : layaknya perusahaan besar, perusahaan kecil juga memiliki client yang memiliki karakteristik tertentu. Oleh sebab itu layanan yang diberikan juga harus dipersiapkan secara matang supaya IT staff yang kita miliki dapat memuaskan kebutuhan dari client.
    B)    Service design : pada perusahaan kecil design dari service umumnya lebih mudah untuk dilakukan karena proses yang ada tidaklah serumit perusahaan besar. Oleh sebab itu design harus dilakukan seefektif mungkin pada sisa biaya. Service yang dibuat harus dipastikan efektif dalam penggunaan teknologi, proses dan manajemen sistem itu sendiri.
    C)    Transaction : perubahan yang dilakukan tentu saja memlewati fase – fase seperti evaluasi, revisi dan produksi. Best practice memang merupakan acuan bagi perusahaan untuk melakukan perubahan proses, namun pada perusahaan kecil dan menengah best practice ini dapat sedikit lebih longgar karena lebih mudah untuk diubah kembail.
    D)    Operation : fase ini memberikan monitor perkembangan secara harian bagi perusahaan. Pemeliharaan layanan sangat penting dalam menjaga supaya layanan yang ada dapat berjalan dengan lancar. Selain itu operasi pada perusahaan kecil juga mengevaluasi apakah proses best practice memang cocok atau perlu dirubah lagi.
    E)     Continual service improvement(CSI) :pengembangan dari layanan yang dilakukan secara berkelanjutan sangat penting untuk dilakukan baik di perusahaan kecil dan perusahaan besar. Meng upgrade teknologi memang penting untuk dilakukan, namun kesiapan staff juga harus diperhitungkan sehingga staff memang siap menggunaan teknologi yang baru.

    Perusahaan kecil dan menengah mulai untuk memilih proses implementasi bagi ITIL. Implementasi penggunaan ITIL dapat dilakukan secara vanilla (mengikuti proses secara sama persis) atau memilah – milah proses mana yang cocok untuk digunakan. Perusahaan kecil dan menengah biasanya lebih diuntungkan apabila hanya mengimplementasi sebagian proses saja. Selain karena belum siapnya kemampuan dari perusahaan dari segi sumber daya, perusahaan juga diuntungkan dengan flexibilitas implementasi apabila mengimplementasi sebagian saja.
    Bagai perusahaan kecil dan menengah keuntungan – keuntungan yang dapat dicapai antara lain pemangkasan biaya, peningkatan kepuasan, peningkatan produktivitas dan peningkatan kemampuan staff. ITIL membantu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dari client. Dengan ITIL perusahaan dapat terbantu dalam meningkatkan layanan yang ada.
    Pertimbangan yang matang sangat penting untuk dilakukan, dengan mengerti proses lifecycle, dan keuntungannya maka kita dapat memutuskan apakah ITIL merupakan sesuatu yang cocok atau tidak dengan perusahaan.

    REVIEW
           Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :
    • ITSM dapat membantu dalam meningkatkan kualitas pelayanan di perusahaan dengan meningkatkan integrasi dengan IT.
    •  ITSM menjadi solusi bagi perusahaan yang telah dapat menyediakan produk yang baik namun ingin meningkatkan nilai jualnya kepada customer atau pelanggan.
    • ITSM memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk dapat melakukan antisipasi  terhadap kebutuhan pelanggan dan menyajikan layanan yang terbaik bagi para pelanggan.

           Saran  :
    •  Organisasi atau perusahaan harus lebih menyadari pentingnya pengelolaan layanan yang diberikan kepada pelanggan ataupun seluruh stakeholder agar dapat mendukung tercapainya tujuan dari organisasi itu sendiri.
    • ITSM masih dapat dikembangkan sehingga dapat lebih mudah untuk diimplementasi ke dalam perusahaan.



    Sumber:




    The Review and Moral Value of Film Keluarga Cemara

    The Review and Moral Value of Film Keluarga Cemara (Visinema Pictures, Ideosource Entertainment and Kaskus, 110 minutes) Direc...