Senin, 13 Juni 2016

Makalah Ilmu Budaya Dasar



NAMA                        : RIVA RAZMAYANTI
KELAS                       : 1KA07
NPM                           : 16115087

Globalisasi Sebagai Sarana untuk Memperkaya Kebudayaan Indonesia

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992). Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya.Makadariitukitasebagaibangsa Indonesia perlumemperhatikandampakglobalisasidanpengaruhnyaterhadapbudaya Indonesia.Melaluipenyusunanmakalahini, akandibahaspengaruhglobalisasiterhadapperubahansosial-budayadalamkehidupanmanusia.





PEMBAHASAN
            Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu mengalami perubahan, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya.
            Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya ialah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi oleh karena ia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya.
            Terjadinya gerak/ perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :
1.      Sebab –sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
2.      Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain. Cenderung untuk berubah lebih cepat.
Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru. Khusunya teknologi dan inovasi.
Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan berbeda. Dalam Perubahan sosial terjadi perubahan struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain sistem politik dan kekuasaan, persebaran penduduk, sistem status hubungan-hubungan di dalam keluarga.
Perubahan Sosial adalah segala segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, siakp-sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
 Sedangkan perubahan kebudayaan atau akulturasi g apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah :
a.       Unsur kebudayaan benda seperti peralatan yang sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya alat tulis menulis yang banyak dipergunakan orang Indonesia diambil dari unsur-unsur kebudayaan Barat.
b.      Unsur-unsur yang terbukti membawa manfaat besar, misalnya radio, komputer, telephone yang banyak membawa kegunaan terutama sebagai alat komunikasi.
c.       Unsur-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut, seperti mesin penggiling padi dengan biaya yang murah serta pengetahuan teknis yang sederhana, dapat digunakan untuk melengkapi pabrik-pabrik pengilingan.
Proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri.Akulturasiadalahpencampuranduakebudayaandimanakebudayaansetempatmasihterlihat. Dengan demikian unsur-unsur asing tidal lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, akan tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri. Unsur-unsur asing yang diterima tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan, sehinngga bentuknya tidaklah asli lagi seperti semula. Misalnya sistem pendidikan di Indonesia untuk sebagian besar diambil dari unsur-unsur kebudayaan barat. Akan tetapi sudah disesuaikan serta diolah sedemikian rupa, sehingga merupakan unsur-unsur kebudayaan sendiri.
 Proses globalisasi bukanlahsuatu proses yang baru mulai akhir -akhir ini, yang disebabkan olehlonjakan perkembanagan sistemkomunikasi, tapi sejak masa lalu setiapmasyarakat di muka bumi inimerupakan suatu “masyarakat global”(Sahlins 1994: 387). Begitu juga,kemajemukan kebudayaan terwujudbukan karena terisolasinya kelompok-kelompok sosial, melainkan justrukarena adanya kontak secara terusmenerus antara kelompok-kelompoktersebut (Lévi-Strauss, dikutip dalamSahlins 1994: 387).Temuan-temuan demikianmengajarkan kita bahwa prosesGlobalisasi dan Perubahan Budayatidak perlu dihadapi dengan sikapmenutup diri yang ekstrim. Sebaliknya,dengan memahami bagaimanakebudayaan itu dikonstruksi melaluiwacana dan praksis, misalnya, kitajuga dapat memanfaatkan prosesglobalisasi sebagai sarana untuk memperkaya kemajemukan
kebudayaan-kebudayaan kita.

Sikap terhadap Informasi dan Teknologi

Teknologi bisa sebagai berkah atau laknat bagi kehidupan manusia, bergantung pada bagaimana kita menyikapinya. Teknologi merupakan berkah bila ia mencerahkan kehidupan kita, misalnya meningkatkan kemampu-an fisik, memperpanjang harapan hidup, memudahkan kita bergerak dari satu tempat ke tempat lain, meninggikan kemampuan intelektual, martabat dan moralitas kita. Akan tetapi, bila teknologi menghancurkan sumber alam dan kehidupan di bumi, menimbulkan polusi, dan menimbulkan pengangguran, serta menimbulkan perselisihan antarmanusia atau antarbangsa, teknologi adalah laknat bagi kita. Dalam kata-kata Williams (1987:7), “Apakah kita tuan atau korban teknologi komunikasi bergantung pada kemampuan kita sebagai kelompok untuk menggunakannya secara bijaksana agar bermanfaat bagi manusia.”

Oleh karena itu, makna teknologi sebenarnya bukan terdapat pada teknologi itu sendiri, melainkan dalam kepala kita. Tanpa berlandaskan prinsip-prinsip yang benar dan tujuan yang benar, teknologi akan membawa kemunduran bahkan kehancuran bagi kehidupan manusia.
Indonesia pada masa lalu, pasa zaman kerajaan Sriwijaya, Majapahit ataupun pada masa kolonial, selalu merupakan masyarakat kosmopolitan di mana pengaruh kebudayaan mancanegara dari India, Cina, Arab maupun Eropa menemukan tempat persemaian yang subur. Dalam menghadapi era seperti ini adalah dengan mengungkapkan kodrat setiap kebudayaan yang bersifat dinamis,
cair dan hibrid dengan menghindari serta mengkritik representasi budaya yang bersifat esensialis dan statis. Dengan semakin sadar akan karakteristik dinamika kebudayaan yang demikian, kita pun akan menjadi sadar bahwa proses globalisasi dan perubahan budaya tak pernah absen dari kehidupan sosial manusia. Seperti dikatakan Lévi-Strauss, identitas atau jati diri para pendukung suatu kebudayaan menjadi kuat bukan karena isolasi tetapi justeru karena adanya interaksi antara budaya. Maka
kewaspadaan akan hilangnya jati diri dalam proses globalisasi tak perlu menjadi kekhawatiran berlebihan yang menjurus pada xenophobia. Karena kontinuitas budaya, seperti dikemukakan oleh Sahlins (1994:389), justru terwujud sebagai modus perubahan budaya.


KESIMPULAN

Pada akhirnya, budaya IPTEK merupakan sebuah atribut tidak terpisahkan dalam suatu komunitas masyarakat. Karena penekanan utama komunukasi IPTEK adalah kepada proses bagaimana masyarakat dapat memahami IPTEK secara berkesi-nambungan, masyarakat perlu juga memahami bagaimana bentuk bahasa yang tepat dalam proses pengko-munikasian IPTEK oleh penyampai informasi kepada mereka. Masyarakat melakukan interpretasi terhadap informasi IPTEK disesuaikan dengan pengaruh dari dalam diri setiap individu tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan pengaruh dari lingkungan relevansi sosial dan struktur sosial yang mempengaruhi seberapa cepat dan akurat informasi IPTEK dapat diterima sesuai dengan tujuannya, sehingga diperlukan tahapan pengembangan mengenai bagaimana bentuk dan mekanisme komunikasi IPTEK terhadap masyarakat majemuk secara efektif dan efisien yang disesuaikan dengan kearifan lokal dan konteks budaya yang berkembang di masing-masing tatanan masyarakat.
           




DAFTAR PUSTAKA

·         Achmad Muchji, Widyo Nugroho. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma.

·         Alam, B. (1997) “Globalisasi dan Perubahan Budaya : Perspektif Teori Kebuadayaan”. Jurnal Antropologi Indonesia. 54, (1), 1-11.

·         Mulyana, D. (2008) “Peran Komunikasi Dalam Pengembangan Dan Penerapan Iptek Di Indonesia”. Jurnal Sosioteknologi. 7, (15), 468-480.
·         Thohari (1991) “Problema Pengembangan IPTEK Di Indonesia”. Jurnal Bestari. (8), 24-28.
·         Yuanda, T.R. (2008) “Pemahaman Masyarakat Terhadap Komunikasi Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi”. Jurnal Sosioteknologi. 7, (15), 481-489.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Review and Moral Value of Film Keluarga Cemara

The Review and Moral Value of Film Keluarga Cemara (Visinema Pictures, Ideosource Entertainment and Kaskus, 110 minutes) Direc...