NAMA :
RIVA RAZMAYANTI
KELAS :
1KA07
NPM :
16115087
Globalisasi
Sebagai Sarana untuk Memperkaya Kebudayaan Indonesia
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Globalisasi
adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam
masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.
Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi
proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.
Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus
dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan
kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua
puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar
lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah
diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai
sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering
diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai
penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan
hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara
diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan
terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan
jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan
lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada
penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia,
yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi
tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi
modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif
dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari
berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses
pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan
kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan
masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain
dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa
globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang
semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam
kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global
Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di
belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai
individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992). Proses perkembangan globalisasi
pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini
kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan
teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat
mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan
terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling
mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan
gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga
berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya
berpakaian, gaya rambut dan sebagainya.Makadariitukitasebagaibangsa Indonesia
perlumemperhatikandampakglobalisasidanpengaruhnyaterhadapbudaya
Indonesia.Melaluipenyusunanmakalahini,
akandibahaspengaruhglobalisasiterhadapperubahansosial-budayadalamkehidupanmanusia.
PEMBAHASAN
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu mengalami
perubahan, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi dari
berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya.
Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan
mempunyai dinamika dan gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya ialah gerak manusia
yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia
terjadi oleh karena ia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya.
Terjadinya gerak/ perubahan ini disebabkan oleh beberapa
hal :
1.
Sebab –sebab yang berasal dari dalam
masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi
penduduk.
2.
Sebab-sebab perubahan lingkungan alam
dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada
dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain. Cenderung
untuk berubah lebih cepat.
Perubahan
ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi
kebudayaan, penemuan-penemuan baru. Khusunya teknologi dan inovasi.
Perubahan
sosial dan perubahan kebudayaan berbeda. Dalam Perubahan sosial terjadi perubahan
struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain sistem politik dan
kekuasaan, persebaran penduduk, sistem status hubungan-hubungan di dalam
keluarga.
Perubahan
Sosial adalah segala segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di
dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai, siakp-sikap dan pola-pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Sedangkan perubahan kebudayaan atau akulturasi
g apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada
unsur-unsur kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan
sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Pada
umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah :
a. Unsur
kebudayaan benda seperti peralatan yang sangat mudah dipakai dan dirasakan
sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya alat tulis
menulis yang banyak dipergunakan orang Indonesia diambil dari unsur-unsur
kebudayaan Barat.
b. Unsur-unsur
yang terbukti membawa manfaat besar, misalnya radio, komputer, telephone yang
banyak membawa kegunaan terutama sebagai alat komunikasi.
c. Unsur-unsur
yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima
unsur-unsur tersebut, seperti mesin penggiling padi dengan biaya yang murah serta
pengetahuan teknis yang sederhana, dapat digunakan untuk melengkapi
pabrik-pabrik pengilingan.
Proses
akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara
unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri.Akulturasiadalahpencampuranduakebudayaandimanakebudayaansetempatmasihterlihat.
Dengan demikian unsur-unsur asing tidal lagi dirasakan sebagai hal yang berasal
dari luar, akan tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri.
Unsur-unsur asing yang diterima tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan,
sehinngga bentuknya tidaklah asli lagi seperti semula. Misalnya sistem
pendidikan di Indonesia untuk sebagian besar diambil dari unsur-unsur
kebudayaan barat. Akan tetapi sudah disesuaikan serta diolah sedemikian rupa,
sehingga merupakan unsur-unsur kebudayaan sendiri.
Proses globalisasi bukanlahsuatu proses yang
baru mulai akhir -akhir ini, yang disebabkan olehlonjakan perkembanagan
sistemkomunikasi, tapi sejak masa lalu setiapmasyarakat di muka bumi
inimerupakan suatu “masyarakat global”(Sahlins 1994: 387). Begitu
juga,kemajemukan kebudayaan terwujudbukan karena terisolasinya kelompok-kelompok
sosial, melainkan justrukarena adanya kontak secara terusmenerus antara
kelompok-kelompoktersebut (Lévi-Strauss, dikutip dalamSahlins 1994:
387).Temuan-temuan demikianmengajarkan kita bahwa prosesGlobalisasi dan
Perubahan Budayatidak perlu dihadapi dengan sikapmenutup diri yang ekstrim.
Sebaliknya,dengan memahami bagaimanakebudayaan itu dikonstruksi melaluiwacana
dan praksis, misalnya, kitajuga dapat memanfaatkan prosesglobalisasi sebagai
sarana untuk memperkaya kemajemukan
kebudayaan-kebudayaan
kita.
Sikap
terhadap Informasi dan Teknologi
Teknologi bisa sebagai berkah atau laknat bagi kehidupan manusia,
bergantung pada bagaimana kita menyikapinya. Teknologi merupakan berkah bila ia
mencerahkan kehidupan kita, misalnya meningkatkan kemampu-an fisik,
memperpanjang harapan hidup, memudahkan kita bergerak dari satu tempat ke
tempat lain, meninggikan kemampuan intelektual, martabat dan moralitas kita.
Akan tetapi, bila teknologi menghancurkan sumber alam dan kehidupan di bumi, menimbulkan
polusi, dan menimbulkan pengangguran, serta menimbulkan perselisihan
antarmanusia atau antarbangsa, teknologi adalah laknat bagi kita. Dalam
kata-kata Williams (1987:7), “Apakah kita tuan atau korban teknologi komunikasi
bergantung pada kemampuan kita sebagai kelompok untuk menggunakannya secara
bijaksana agar bermanfaat bagi manusia.”
Oleh karena itu, makna teknologi sebenarnya bukan terdapat pada
teknologi itu sendiri, melainkan dalam kepala kita. Tanpa berlandaskan
prinsip-prinsip yang benar dan tujuan yang benar, teknologi akan membawa
kemunduran bahkan kehancuran bagi kehidupan manusia.
Indonesia pada masa lalu, pasa
zaman kerajaan Sriwijaya, Majapahit ataupun pada masa kolonial, selalu
merupakan masyarakat kosmopolitan di mana pengaruh kebudayaan mancanegara dari
India, Cina, Arab maupun Eropa menemukan tempat persemaian yang subur. Dalam
menghadapi era seperti ini adalah dengan mengungkapkan kodrat setiap kebudayaan
yang bersifat dinamis,
cair dan hibrid dengan menghindari serta mengkritik
representasi budaya yang bersifat esensialis dan statis. Dengan semakin sadar
akan karakteristik dinamika kebudayaan yang demikian, kita pun akan menjadi
sadar bahwa proses globalisasi dan perubahan budaya tak pernah absen dari
kehidupan sosial manusia. Seperti dikatakan Lévi-Strauss, identitas atau jati
diri para pendukung suatu kebudayaan menjadi kuat bukan karena isolasi tetapi
justeru karena adanya interaksi antara budaya. Maka
kewaspadaan akan hilangnya jati diri dalam proses
globalisasi tak perlu menjadi kekhawatiran berlebihan yang menjurus pada xenophobia.
Karena kontinuitas budaya, seperti dikemukakan oleh Sahlins (1994:389), justru
terwujud sebagai modus perubahan budaya.
KESIMPULAN
Pada
akhirnya, budaya IPTEK merupakan sebuah atribut tidak terpisahkan dalam suatu
komunitas masyarakat. Karena penekanan utama komunukasi IPTEK adalah kepada
proses bagaimana masyarakat dapat memahami IPTEK secara berkesi-nambungan,
masyarakat perlu juga memahami bagaimana bentuk bahasa yang tepat dalam proses
pengko-munikasian IPTEK oleh penyampai informasi kepada mereka. Masyarakat
melakukan interpretasi terhadap informasi IPTEK disesuaikan dengan pengaruh dari
dalam diri setiap individu tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan pengaruh
dari lingkungan relevansi sosial dan struktur sosial yang mempengaruhi seberapa
cepat dan akurat informasi IPTEK dapat diterima sesuai dengan tujuannya,
sehingga diperlukan tahapan pengembangan mengenai bagaimana bentuk dan
mekanisme komunikasi IPTEK terhadap masyarakat majemuk secara efektif dan
efisien yang disesuaikan dengan kearifan lokal dan konteks budaya yang
berkembang di masing-masing tatanan masyarakat.
·
Achmad Muchji, Widyo Nugroho. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma.
·
Alam, B. (1997) “Globalisasi dan
Perubahan Budaya : Perspektif Teori Kebuadayaan”. Jurnal Antropologi Indonesia. 54, (1), 1-11.
·
Mulyana, D. (2008) “Peran
Komunikasi Dalam Pengembangan Dan Penerapan Iptek Di Indonesia”. Jurnal Sosioteknologi. 7, (15), 468-480.
·
Thohari (1991) “Problema Pengembangan IPTEK Di
Indonesia”. Jurnal Bestari. (8),
24-28.
·
Yuanda, T.R. (2008) “Pemahaman Masyarakat Terhadap
Komunikasi Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi”. Jurnal
Sosioteknologi. 7, (15), 481-489.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar